Jumat, 13 April 2012

Antara dibutuhkan dan membutuhkan....

Perbincanganku dengan salah seorang kakak tingkat di perkuliahan dulu hari ini, membuatku merenung akan makna di butuhkan dan membutuhkan. Sebagai makhluk sosial, tentunya tak lepas dari konteks tersebut. Mana ada sih manusia yang tidak senang kala ia merasa dibutuhkan oleh banyak orang. Pernyataan sebaliknya pun berlaku, bahwa orang yang merasa senang dibutuhkan tersebut, juga membutuhkan seseorang atau bahkan banyak orang untuk ia bersenda gurau, bercerita dan juga bermanja. Akhirnya, dari makna kata dibutuhkan dan membutuhkan, perbincangan kita pun sampai pada titik pasangan hidup.

Sudah lumrah diketahui bahwa kata ‘butuh’ akan menjadi romantis ketika ditambah kata ‘saling’, sehingga menjadi ‘saling butuh/ saling membutuhkan’. Namun bukan itu saja yang akhirnya kami perbincangkan. Bagaimana pula jika ada pemisahan pada kata butuh? Bukan lagi saling butuh, namun di butuhkan dan membutuhkan. Dari paparan beliau diakhir pertemuanku dengannya, ia mengemukakan prinsipnya bahwa lebih enak menjadi orang yang dibutuhkan, daripada membutuhkan.

Namun menurutku, ketika kata di butuhkan menjadi rasa yang nyaman dan enak untuk dijalani, sehingga membuat orang tergantung dengan kita, bukankah diri kita akan merasa bahwa kita pun membutuhkan orang lain. Sehingga kata di butuhkan dan membutuhkan, tidak ada bedanya bagiku, sama-sama tidak dapat memberikan kesenangan nan utuh. Ada salah satu pepatah Arab yang mengatakan bahwa ‘khoirunnaasi anfa’uhum linnaas’, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Pada konteks ini, bisa saja kita mengatakan bahwa ‘lho, bukannya ini berarti kita di butuhkan oleh orang lain?’. Iya memang, tapi apakah kita bisa berkontribusi dan menjadi sebaik-baik nya manusia, jika tidak ada manusia lain di sekitar kita? Tentu tidak. Akhirnya, kita pun membutuhkan manusia lain untuk kemudian bersama-sama mendapatkan manfaat kebaikan manusia.

Akhirnya, ‘kata saling membutuhkan’ rasanya lebih enak terdengar di telingaku dan batinku. Hingga aku berujar dalam hati, bahwa urusan asmara pun harus dilandasi oleh kata ‘saling membutuhkan’. Boleh saja kita merasa bahwa diri kita hebat. Namun harus diingat bahwa hidup tidak bisa lepas dari sebuah ketergantungan. Hampa rasanya jika hidup ini bukan di landasi oleh rasa saling membutuhkan. Ibarat bunga dan kumbang yang saling membutuhkan dalam pemenuhan hajatnya masing-masing, begitu juga-lah kita sebagai manusia. Sampai perenunganku berlanjut di malam ini dan juga sekaligus menjawab kegelisahanku, kata saling membutuhkan akan terus mempunyai makna tersendiri dalam angan masa depanku, dibanding pengutamaan kata dibutuhkan dan membutuhkan. Semoga kelak masa itu akan datang di waktu yang tepat menurut-Nya. Amin.

Jakarta, 14 Januari 2012 pukul 00.25 WIB.