Rabu, 15 Agustus 2012

IBU....

Jakarta, kota metropolitan ini memang tidak pernah sepi dari hingar bingar mobilitas kehidupan. Rasanya, tidak pernah ada kata istirahat bagi kota yang baru saja berulang tahun ke 484 ini. Menapaki jalan-jalan di kota Jakarta pada siang hari, seperti dua sisi yang saling tarik menarik. Setidaknya bagiku, menyenangkan karena bisa mengamati kehidupan sekitar warga Jakarta. Menjadi tidak menyenangkan karena terik matahari yang hadir di kota Jakarta lumayan menguji kadar kesabaran.
Salah satu hal yang kuamati di siang hari itu adalah seorang ibu dengan tiga anaknya yang masih kecil. Antrian transJakarta busway yang sudah menjadi ‘makananku’ setiap hari, selalu mengundang hal menarik untuk diamati. Siang itu, sang ibu tengah mengantri di antrian bus transJakarta busway arah Blok M. Anak paling kecil dengan umur sekitar 2 tahun tengah digendongnya. Anak pertamanya adalah perempuan yang kutaksir berumur 7 tahun. Sedangkan anak keduanya adalah laki-laki yang kutaksir berumur sekitar 5 tahun. Sepintas tidak ada yang salah dengan kondisi itu. Ada seorang ibu tengah membawa tiga orang anaknya untuk naik transJakarta busway.

Namun pengamatanku dimulai saat bus transJakarta tak kunjung datang alias ‘ngaret’ dan anak laki-laki keduanya mulai resah, seraya merengek untuk minta digendong. Dengan kondisi bingung, sang ibu pun mulai mengiyakan rengekan anak laki-lakinya. Ia melepaskan anak ketiganya dari gendongan dan kemudian menitipkannya pada anak pertamanya. Anak keduanya pun senang dan tersenyum, begitupun dengan sang bungsu yang memberikan senyuman termanisnya untuk sang kakak, tanpa sedikitpun terlihat kecewa. Tak berapa lama, bus transJakarta pun datang. Kondisi bus yang sudah sesak dengan lautan manusia pun membuat ibu tersebut urung masuk. Seraya menunggu kehadiran bus berikutnya, ia meminta pada anak perempuannya untuk melepaskan gendongan sang bungsu dan menurunkan kembali anak keduanya setelah puas digendong oleh sang ibu. Setelah itu, ibu yang tak pernah menunjukkan muka lelahnya ini kembali menggendong anak bungsunya dan merangkul kedua anaknya. Ternyata, bus transJakarta berikutnya kembali datang. Kali ini ia bisa masuk atau bahkan terkesan memaksa masuk meski kondisi bus lumayan padat.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kemudian kondisi sang ibu dan tiga anak nya tersebut di dalam bus transJakarta yang mana kondisi sebagian armadanya sudah tidak nyaman lagi, terutama bus transJakarta lama dengan warna kuning. Meski kemudian sang ibu masuk pada bagian “khusus area wanita” di dalam transJakarta busway, bagaimana dengan kedua anaknya yang juga masih kecil? Aku membayangkan perjuangan tak kenal lelah dari seorang ibu dalam membesarkan, melindungi dan mengayomi anak-anaknya. Tak berapa lama ibu tiga anak tersebut berlalu dari hadapanku yang masih ada di urutan antrian ke sekian, datang kembali seorang ibu dengan paras cantiknya, tengah menggandeng dua buah hatinya yang juga masih kecil. Seraya terus menggandeng mereka, ibu paruh baya tersebut berujar, “ nanti di bus jangan jauh dari mama ya nak”. Subhanallah, betapa kasih sayang ibu memang tak pernah habis sepanjang masa. Terdetik dalam benakku, sudahkah kita membalas kasih sayang mereka dalam usia kita yang beranjak dewasa?

Sontak rasa kangen luar biasa hadir dalam hati dan tak sabar untuk bertemu dengan ibu tersayang di rumah. Ibu.. begitu mulia perjuanganmu, tak kenal lelah mengayomi, mendidik dan memberikan seluruh kasih sayangmu pada buah hati. Semoga perjuangan para ibu nan hebat, berbuah doa bagi anak-anaknya sebagai generasi muda ke depan, untuk meraih kesuksesan hakiki dunia dan akhirat. Amin.

Jakarta, 16 Agustus 2012