Sabtu, 11 Februari 2012

Allah selalu memberi apa yang kita butuh, bukan yang kita inginkan..

Harus kita akui bahwa sebagai manusia, kita dianugerahi keinginan yang luar biasa banyak. Ingin menjadi sempurna, ingin sukses di usia muda, ingin bisa menjadi nomor satu diantara teman-teman lain, ingin mendapatkan kehidupan yang mapan dan bahkan ingin mempunyai suami atau istri sesuai dambaan kita. Tanpa kita sadari, ragam keinginan tersebut semakin menenggelamkan kita di tengah asyiknya sebuah harap dan usaha, tanpa melibatkan Allah, sang Maha Pencipta kehidupan. Akhirnya, kita cenderung menjadi manusia yang tidak pandai bersyukur karena tolak ukur kita adalah pencapaian sebuah keinginan duniawi. Padahal Allah pun berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi: “Wa izd taazdzdzana rabbukum, lain syakartum laaziidannakum walain kafartum inna ‘azdaabii lasyadiid”. Artinya : Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan “Sungguh jika kamu bersyukurl, niscaya Aku aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.”

Baru-baru ini seorang teman bercerita padaku bahwa dulu ia sangat menginginkan untuk segera mempunyai anak setelah menikah. Berbagai cara ia tempuh, hingga mengecek kesehatannya dan suaminya ke luar negeri. Waktu yang ia tunggu untuk segera menimang momongan pun tak kunjung tiba. Setahun dua tahun ia terus menunggu. Hingga suatu hari, ia tersadar bahwa dirinya semakin tenggelam dalam sebuah keinginan, tanpa menyertakan Allah dalam kehidupannya. Ia pun tersadar. Semenjak itu, ia selalu meminta keridhaan Allah untuk memberikan dirinya dan suaminya keputusan yang terbaik terkait momongan. Subhanallah, Maha Pemurah dan Pengasih nya Allah. Temanku pun menuturkan bahwa dalam tempo kurang dari enam bulan, ia menerima sebuah kabar gembira dari Allah. Dirinya dan suaminya dipercaya untuk menjadi sepasang orang tua. Subhanallah Alhamdulillah, ternyata Allah memang benar-benar memberikan apa yang kita butuhkan, bukan kita inginkan. Waktu dua tahun lebih yang diberikan Allah bagi temanku dan suaminya, bisa jadi adalah waktu untuk muhasabah diri beserta mempersiapkan kesiapan mental guna menjadi seorang ayah dan ibu.

Cerita lain datang dari salah seorang teman akrabku yang akan mencapai umur 29 tahun di 2012 ini. Pengalamannya dalam hidup, menjadikanku berfikir bahwa manusia memang sering terbawa emosi dan nafsu. Temanku yang mempunyai perawakan tinggi ini bercerita bahwa di umur nya yang mencapai 25 tahun ketika itu, ia sudah gelisah memikirkan sang pendamping hidup yang tak kunjung tiba. Memang, kala itu ia keluarganya tengah dirundung masalah. Ibunya sakit dan ayahnya pun sudah menua. Baginya, umur 25 tahun adalah umur yang pas untuk menikah. Pengkhianatan sejumlah lelaki yang datang, membuat ia berfikir bahwa ada ketidakadilan yang diberikan Allah padanya. Ia bertanya, ‘mengapa teman-temanku yang tak lebih pintar dan sukses dariku sudah menikah dan menemukan pasangannya. Sedangkan aku belum. Apakah aku memang tak layak untuk disenangi?’. Itulah pertanyaannya ketika itu. Setelah segala fikiran ketidakadilan yang ia alami dalam hidup berkecamuk di dirinya selama berbulan-bulan, akhirnya ia pun tersadar bahwa kala itu, ibunya lebih membutukan kehadirannya di sisinya, dibanding melihat sang anak cepat-cepat bersanding di kursi pelaminan.

Ia teringat bahwa ridho Allah terletak di dalam keridhoan orang tua dan marahnya Allah ada dalam kemarahan orang tua. Allah tentu lebih mengetahui waktu yang tepat untuk mempertemukan seseorang dengan pasangan sejati, dunia akhirat. Tak lama setelah sang ibu sembuh, Allah mempertemukan temanku dengan lelaki soleh yang sangat sayang pada orang tuanya dan dirinya di umurnya yang ke 27 tahun. Kini, ia merasa sangat bahagia dengan kehadiran sang suami dan anak nya yang sudah berumur satu tahun. Subhanallah... Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan, dibanding apa yang kita inginkan. Nyatanya, masih saja kita egois, merasa bahwa keinginan kita lah yang lebih benar untuk kebahagiaan diri kita. MasyaAllah...

Pengalamanku akan sebuah keinginan, adalah di saat aku mencoba beberapa kali untuk bisa menembus beberapa beasiswa prestisius ke luar negeri di tahun 2008. Saat itu aku yang masih terkungkung dengan idealismeku berfikir bahwa aku harus meneruskan studi magisterku di luar negeri, tidak boleh tidak, apapun yang terjadi! MasyaAllah... saat aku tersadar, betapa egoisnya diriku. Mengira bahwa idealismeku adalah segalanya, bahkan kebahagiaanku dalam hidup. Ternyata, di tahun 2009 akhir, Allah mempunyai rencana lain. Setelah setahun lebih aku bekerja, Allah memberikanku kesempatan untuk mengenyam bangku kuliah kembali, melalui sentuhan tangan sayang orang tua ku. Alhamdulillah, di tahun 2011 aku selesai merampungkan studiku. Allah pun kembali memberikan karunianya yang Subhanallah luar biasa di tahun 2012 ini. Ya, IA memberikanku sebuah amanat untuk bisa mengamalkan ilmu yang ku dapat dengan mengajar di sejumlah kampus yang ada di Jakarta.

Ya Allah... rasanya tiada lagi kata yang bisa terucap, selain rasa syukurku. Beberapa waktu belakangan, ketika aku melamunkan masa lalu, aku sadari bahwa segala pilihan kita dalam hidup, adalah atas petunjuk dan keridhoanNya. Jika saja saat itu aku lolos mendapatkan beasiswa ke luar negeri, aku tidak bisa melakukan salah satu baktiku pada kedua orang tuaku, yang ternyata lebih menginginkanku untuk ada di Indonesia dan menjaga kedua adikku yang masih butuh perhatian. Jadwal penelitian dan mengajar yang cukup padat yang dialami oleh kedua orang tuaku, membuat keduanya mempercayaiku sebagai figur anak sulung, untuk memperhatikan kebutuhan kedua adikku.

Mungkin banyak diantara kita yang telah merasakan bahwa Allah memang lebih mengetahui apa yang kita butuhkan. Sehingga apapun yang tengah Allah berikan dalam indahnya perjalanan hidup kita, bukan karena itu adalah hal yang sangat kita inginkan, melainkan kita butuhkan. Bagaimana dengan pengalamanmu?

Jakarta, 11 Februari 2012.

3 komentar:

  1. sanagat menyentuh. Banyak quotes yang bagus, tapi tidak menyentuh

    BalasHapus
  2. Syukron utk apresiasi nya ya mas Fauzi..
    salam kenal dan mungkin kalau ada pengalaman, bisa di share juga ya mas

    BalasHapus
  3. Allah tidak akan memberikan apa yang kita butuhkan dan Allah tidak akan memberikan apa yang kita inginkan tapi Allah akan memberikan apa yang dihendaki-Nya mengenai keinginan dan kebutuhan kita.

    BalasHapus