Selasa, 03 Januari 2012

Cita-Cita Itu...

Aku hadir di tempat ini untuk kesekian kalinya. Ya, Gang Pelangi di Rawajati Ciliwung Jakarta Selatan itu terkenal sebagai tempat tinggal mayoritas masyarakat miskin kota. Ketika aku memutuskan untuk berkeliling di lingkungan itu, aku temukan banyak gerobak yang menandakan profesi mayoritas mereka sebagai pedagang. Selain pedagang, ternyata mayoritas profesi para istri dan ibu yang ada, berupa ibu rumah tangga dan pekerja rumah tangga paruh waktu. Kondisi ini menghadirkan sebuah perenungan bagiku. Akhirnya bisa kupahami bahwa dengan gaji dari kedua profesi tersebut, tidaklah cukup untuk mengirimkan anaknya mengikuti kursus-kursus tambahan di luar sekolah. Jikapun ada sisa uang, uang itu akan menjadi tabungan berarti bagi dua orang tua yang menghidupi dua atau tiga anaknya.


Suatu ketika, aku menanyakan profesi orang tua murid-murid ku di Ciliwung satu per satu. Ada yang menjawab bahwa ayah mereka bekerja sebagai supir, pedagang dan kuli bangunan. Sedangkan profesi ibu mereka adalah sebagai pegawai restoran, ibu rumah tangga dan pekerja rumah tangga (PRT) paruh waktu. Dengan wajah nan polos, salah satu diantara mereka bercerita bahwa pernah satu kali ia temukan sang ibu menangis, entah kenapa. Anak umur 9 tahun itu tentu tidak berfikir jauh sebab dari tangisan ibunya. Satu yang pasti, ia melihat bahwa sang ibu menangis. Namun, beberapa lainnya dengan sikap terus terang dan cerita yang tiada henti, menceritakan potret Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami oleh beberapa ibu dari teman-temannya di lingkungan sekitar.
Sungguh, wajah polos dan semangat mereka itu membuatku tak pernah bisa berkata TIDAK untuk mengakui rasa kangenku bermain dan mengajar di musholla itu.


Kemarin, aku pun datang kembali untuk mengajar. Menjelang waktu dzuhur, tiba-tiba fikiran iseng untuk menanyakan cita-cita mereka pun hadir di benakku. Saat itu, murid yang datang tidak begitu banyak, yaitu 6 orang. Hujan deras yang mengguyur daerah Jakarta, membuat beberapa diantara mereka memutuskan untuk tidak datang dulu. Spontan aku bertanya, siapa yang mau jadi guru?!. Semua anak mengacungkan jarinya tinggi-tinggi. Aku pun tersenyum senang. Pertanyaan kedua, 'siapa yang mau jadi dokter?!, lagi-lagi semuanya mengacung. Ketiga kainya, 'siapa yang mau jadi dosen?!', mereka pun bingung. Dosen itu apa ya Miss? aku pun menerangkan dengan bahasa sederhana bahwa dosen itu anak yang diajarkannya adalah anak kuliahan, yang sudah lulus SMA. Sejurus kemudian aku pun bertanya, 'siapa yang mau belajar sampai kuliah di Universitas?', keenam anak itu pun tunjuk tangan. Aih, bangganya aku melihat semangat anak-anak itu. Karena kami sedang belajar ragam pekerjaan, aku pun bertanya pada mereka satu per satu. Nah, sekarang Tio, apa cita-cita nya? 'Saya mau jadi nelayan dan bajak laut Miss', spontan kami pun tertawa bareng. Bukan karena mendengar ragam profesi yang ia jabarkan, tapi karena mendengar kepolosan dan semangat nya menceritakan kesukaannya pada figur bajak laut, yang mempunyai mata sebelah itu. Yaa, maklum saja, anak kelas 1 ini belum paham banyak hal. Namun semangat nya dalam belajar patut diapresiasi. Dari tiga anak kelas 1 yang ikut kelas bahasa Inggris, hanya ia yang paling rajin datang.
Anak kedua adalah Afni. Anak kelas 3 ini bercita-cita ingin menjadi guru, dokter dan petani. Wah, spontan aku kaget, petani?. 'Iya petani Miss, petani kan kaya ya Miss, punya banyak tanah,' begitu ujarnya. Tidak terbayang dibenakku bahwa ada juga dari anak-anak ini yang menyukai figur petani di era globalisasi dan industri sekarang.
Anak ketiga,Amel berujar bahwa ia ingin sekali menjadi artis dan dokter. Hmm,, yang ketiga ini punya keinginan menjadi artis rupanya. Tak heran, wajahnya memang 'cute' dan harus ku akui bahwa ia adalah murid tercantik diantara lainnya. Teman-temannya pun berkoor ria bahwa ia memang cantik dan orang tuanya pun menginginkannya menjadi artis. Anak keempat, Alia, bercita-cita untuk menjadi dokter dan guru. Sedangkan kelima, Abil, ia ngotot sekali ingin menjadi dokter dengan alasan bisa ke luar negeri, hehe. Terakhir adalah Tipung, murid kelas 3 SD ini bercita-cita ingin menjadi guru supaya bisa berbagi ilmu. Alhamdulillah, Subhanallah..senangnya aku mendengar pengakuan-pengakuan jujur dari mulut mereka itu.


Aku hanya bisa mendoakan supaya cita-cita mulia mereka kelak diijabah Allah. Semoga mereka punya kesempatan untuk melanjutkan studi mereka hingga perguruan tinggi. Bangga sekali rasanya jika generasi bangsa semangat dalam meraih cita-cita nya. Semoga niat ku untuk berbagi ilmu dengan mereka, menambah semangat mereka untuk menjadi orang yang berhasil. Amin.


Sore itu menjadi sore yang spesial bagiku. Selain mereka berbondong-bondong menemaniku melewati empang dan melihat kondisi rumah-rumah mereka, mereka pun mengantarkanku pulang hingga naik angkutan umum. Mereka tak henti-hentinya menyalamiku hingga 4 kali dan mengucapkan 'terimakasih ya Miss Ana, kita ketemu lagi ya Miss..,' aku sampai terharu mendengar dan melihat mereka sore itu. Alhamdulillah ya Allah, Engkau memberikanku kesempatan untuk bertemu dengan mereka di penghujung tahun 2011 hingga kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar