Senin, 02 Januari 2012

Pancaran Semangat Dibalik Pekat nya Sungai Ciliwung

Banyak hal yang patut kita syukuri dalam hidup ini. Mulai kesempatan bangun di pagi hari, kemudian bernafas dalam-dalam dan beraktifitas seharian penuh. Pada dasarnya, hati manusia terdalam selalu dikarunia rasa syukur dan iman. Jika tidak, tidak mungkin kita akan ingat Allah ketika berada dalam masa sulit atau bahkan menjelang sakaratul maut. Namun, banyak dari kita yang tidak menyadari bahkan enggan mengakui betapa Allah Maha Pemurah, Penyayang, Pengasih, serta berbagai Maha-Maha lainnya. Salah satu hal yang sangat aku syukuri di usiaku yang telah seperempat abad ini adalah, diberikan kesempatan untuk merasakan bagaimana kehidupan sekitar arus sungai Ciliwung di daerah Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan.

Salah satu LSM tempat aku bernaung sebagai relawan saat ini, yaitu KAPAL Perempuan, memberikanku sebuah kepercayaan untuk mengajar komunitas anak-anak dan remaja serta para ibu yang tergabung dalam Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC). Aku yakin, banyak diantara teman-teman yang sudah sejak lama berkecimpung dalam sebuah pengabdian masyarakat, terlebih teman-teman LSM. Jujur, pengalaman yang baru kudapat saat ini adalah pengalaman paling berarti dalam hidup. Bisa menyapa orang-orang yang tidak mampu secara finansial untuk bisa mengikuti kursus pelajaran sulit seperti Bahasa Inggris, adalah anugerah terindah yang Allah berikan padaku.
Setelah mengetahui bahwa salah satu kebutuhan masyarakat setempat adalah memfasilitasi anaknya dengan kursus Bahasa Inggris, aku pun memutuskan untuk mengajukan diri sebagai tenaga pengajar di daerah bantaran sungai Ciliwung itu. Kursus itu berjalan tiap dua kali dalam seminggu dan menjadi fleksibel saat liburan tiba atau bahkan hujan deras menerpa daerah kami belajar. Alhamdulillah Pak Ustadz yang disegani dilingkungan tersebut, membolehkan kami untuk belajar di musholla. Kami pun bebas dari rasa khawatir akan kehujanan dan kepanasan.

Hari pertama mengajar dan berbagi ilmu dengan mereka, murid yang datang hanya berjumlah 8 orang. Bagiku itu tidak masalah, karena 8 orang itu tentu bisa menjadi media pemberitahuan gratis ke anak-anak lainnya. Aku terpesona pada semangat 45 yang mereka tunjukkan di hari pertama itu. Beberapa ibu dari murid yang hadir pun turut ikut kursus yang berlangsung selama dua jam tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak SD dan sebagian lainnya diisi oleh anak SMP dan SMA. Di hari pertama, mereka mengemukakan bahwa bagian tersulit dari Bahasa Inggris yang selama ini mereka pelajari adalah berbicara dan menulis. Aku pun memutar otak bagaimana caranya agar mereka senang untuk berbicara Bahasa Inggris. Aku berfikir bahwa dengan mereka mempunyai bekal lancar berbahasa asing, maka apapun jenis pekerjaan yang kelak mereka geluti, bisa berjalan lebih baik dengan penguasaan bahasa asing. Karenanya, di hari pertama itu, aku terapkan metode ala Pondok-an, di mana murid mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya dengan suara keras dan semangat. Persis seperti semangat 'Man Jadda Wajada' ala Ahmad Fuadi, alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur.

Selain bersuara lantang, aku pun menerapkan metode hafalan 3 kosa kata per hari nya. Meski masih sulit diterapkan karena ada saja berbagai alasan yang mereka kemukakan, aku mencoba untuk menguji hafalan mereka tiap kali pertemuan. Di samping hafalan, ada juga metode 'listening' CD dan kemudian mereka tuliskan apa yang telah didengar. Tak disangka, 7 kali pertemuan telah kami jalani. Tiap kali bertemu, semangat mereka tidak pernah padam, apalagi suasana gaduh para anak-anak SD yang tentunya masih sangat energik. Pernah suatu saat aku mengumumkan bahwa dipenghujung bulan Desember 2011, kursus akan diliburkan dulu. Spontan mereka berkoor ria tanda kecewa. Subhanallah... ternyata bau menyengat yang beberapa kali menghampiri kami dari arus sungai Ciliwung itu, tidak menggentarkan semangat para generasi muda ini untuk belajar. Hujan deras pun tidak menyurutkan langkah mereka untuk datang ke musholla guna belajar bersama.

Alhamdulillah.. meski fasilitas minim dan seadanya, namun pancaran semangat itu bagaikan parfum mujarab ditengah bau menyengat dari sungai yang tak jarang banjir pun menghampiri wilayah itu. Semoga generasi muda nan semangat juga cerdas ini kelak dapat menjadi insan-insan yang menggantikan posisi para pejabat Indonesia, yang sebagian besar hanya mementingkan cara mempertahankan kekuasaan. Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar