Minggu, 29 Januari 2012

Sebuah Kehidupan

Kehidupan tidak pernah berdiri secara tunggal. Ia terdiri dari sebuah tahapan peristiwa yang akan menjadikan pribadimu lekat dengan berbagai label. Pribadi yang sukses, gagal, ceria, bersemangat, muram, dan sebagainya. Banyak diantara kita yang mungkin dalam sebuah perenungan di kala malam, bertanya-tanya, apa tujuan hidup yang hendak aku capai? Dan banyak juga pribadi yang kemudian hanya bisa menggelengkan kepala serta berfikir lama, ketika pertanyaan semacam itu tertuju pada diri kita.
Sejatinya, tujuan hidup hanya bisa direncanakan dan dibuat oleh diri sendiri, seraya meminta persetujuan dan ridho dari Allah SWT.

Lantas, sebuah pertanyaan hadir. Ketika kita telah merencanakan sebuah kehidupan yang kita inginkan, namun terjadi dengan kondisi yang tidak kita inginkan. Apa berarti rencana kehidupan tersebut tidak di ridhoi Allah? Atau perencanaan kita yang tidak benar?
Selalu ada jawaban dari kegelisahan-kegelisahan kita selama ini. Jika memang kehidupan yang kita jalani belum sesuai dengan apa yang kita impikan, tanyakanlah pada diri kita beberapa hal. Apakah perencanaan hidup yang kau buat lahir dari diri sendiri, atau karena sebuah keterpaksaan lingkungan sosial dan keluarga? Apakah kau menikmati perencanaan hidup yang kau buat? Apakah perencanaan hidupmu lahir dari kesukaanmu terhadap sesuatu, yang kelak akan mendatangkan kebahagiaan? Apakah kau menyertakan Allah dalam perencanaan kehidupanmu?

Jika kita telah menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, mungkin hidup yang kita jalani adalah hidup yang damai. Hidup yang membawa kita pada sebuah kualitas diri yang baik dan mendatangkan kemampuan/kebisaan dan kemudian menghasilkan nilai bahagia non ekonomi dan ekonomi. Aku teringat salah satu paparan Pak Mario Teguh di salah satu stasiun televisi swasta tentang alat tukar uang. Inti dari ajakan beliau adalah, marilah kita sadar akan alat tukar uang yang ada di diri kita. Jadikan KEMAMPUAN/ KEBISAAN YANG KITA SENANGI sebagai tumpuan diri untuk sukses dan kemudian menjadi alat tukar uang guna membahagiakan kehidupan diri dan sesama. Nah, dari sini aku pun mulai berfikir, bukankah banyak diantara kita yang bekerja hanya berorientasi pada hasil (yaitu uang-nya), tidak peduli apapun pekerjaan yang akan digeluti, dan tidak menjadikan pekerjaan yang kita mampu/senangi sebagai alat tukar uang?

Hidup adalah Perjuangan. Rintangan, hambatan, peremehan dan cacian dari orang lain yang mungkin sedang kita alami saat ini, adalah sarana pendewasaan diri dan kesuksesan. Meski hidup kadang sulit untuk dipahami, meski hidup kadang membawa kita kepada keadaan yang tidak kita rencanakan, meski hidup kadang meminta kita untuk bersabar menemukan pelabuhan terakhir, namun tetaplah kita berada di jalan yang di ridhoi Allah SWT. Tetaplah kita menjadi manusia dengan golongan sebaik-baik manusia, yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Khoirunnaas anfa’uhum linnaas. Yakinlah bahwa kesulitan yang kau hadapi tidak akan lama. Perjuanganmu untuk menggapai kehidupan yang lebih baik bagi dirimu, keluargamu dan sesama, akan menemui jalan terang. Prinsipmu untuk mendahulukan cara-cara yang baik, akan menemui kesuksesannya kelak, sebagai bukti ridho Ilahi Rabbi. Amin.

Jakarta, 30 Januari 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar