Jumat, 20 Januari 2012

Sinetron ‘Lebay’

Tema tulisan kali ini tidak bermaksud untuk menggeneralisasikan semua judul dan jenis sinetron. Mungkin, ada ‘sebagian’ sinetron yang bermanfaat, meski terdengar sangaaaat jarang atau juga mustahil terjadi saat ini. Terdapat salah satu media massa televisi swasta, diantara televisi lainnya, yang menjadwalkan penayangan sinetron mulai dari sebelum waktu adzan maghrib berkumandang, hingga sekitar pukul 22.00 WIB. Waw, kebayang nggak sih durasi nan panjang bagai ular itu, harus di isi dengan tayangan sinetron? Parahnya lagi, banyak dari kita yang akhirnya terlena juga melihat tiga judul sinetron yang ditayangkan dengan alasan tidak ada acara yang lebih menarik dibanding sinetron, hehe.

Hari itu, sambil menunggu adzan maghrib, aku pun menyalakan televisi. Sampailah di salah satu tayangan sinetron yang mengkisahkan perjuangan percintaan dua insani antara orang yang bernama Dewa (perempuan) dan Sakti (laki-lak)i. Dengan alasan serupa di atas, bahwa tidak ada lagi tayangan yang menarik kala itu, aku pun melihat beberapa adegan yang ditayangan dalam sinetron tersebut. Episode kali itu bercerita tentang ketidakikhlasan sang perempuan yang melihat kekasih nya di penjara. Sang perempuan pun berfikir bagaimana caranya agar sang kekasih dapat keluar dari penjara. Ide untuk membawa kabur sang pujaan hati pun muncul. Singkat cerita, kaburlah sang kekasih hati dengan mengendarakan sepeda motor. Sebelum berpamitan, sang kekasih mengucapkan ‘Apapun yang terjadi nanti, aku ingin kamu tahu, bahwa aku menyayangimu’, waw kalau kata sebagian remaja kita ni, ‘so sweeet... ‘, hehehe. Nah, entah di ridhoi oleh Allah atau nggak ya kaburnya sang lelaki pujaan Dewa ini, ditengah perjalanan, ia mengalami kecelakaan yang menyebabkannya koma. Di sinilah ‘ke-lebay-an’ itu bermula.

‘Lebay’, ‘Alay’ atau apapun itu namanya, nampak nya sudah menjadi suatu bahasa gaul yang dipopulerkan pertama kali entah oleh siapa. Tiba-tiba aku pun mendengar bahasa itu terlontar dari beberapa teman adikku yang bertandang ke rumah. Lebay mungkin dapat diartikan ‘berlebihan’, ya berlebihan dalam segala hal, seperti berlebihan dalam bertingkah, bergaul, berinteraksi dengan orang atau juga salah satunya ya tampilan adegan sinetron tentang dua insani di atas. Bahkan, menurutku, kejadian setelah koma-nya sang lelaki pujaan, cenderung mengesampingkan nilai-nilai religius yang ada.

Setelah keadaan koma mendera kekasih hati, sang perempuan pun terus menangis dan menunggui-nya di rumah sakit. Entah dari mana sebuah ide tercetus, dalam keadaan koma, roh sang lelaki bangun dan pisah dari jasadnya. Ketika bangun, ia melihat kekasih hati menangis dan terus memanggilnya sambil mengingatkan untuk tidak menangis karena ia ada di samping nya. Namun, tentu saja sang perempuan tidak dapat mendengarnya karena toh itu adalah roh yang terpisah dari jasad. Akhirnya, dengan akting yang terbilang cukup menjanjikan, sang lelaki terus bertanya dan selalu berulang, ‘sebenarnya ada apa ini, mengapa semua orang tidak bisa melihatku?’. Weleh-weleh mas, ya coba deh di cari jawabannya sendiri ya kenapa dirimu ndak bisa dilihat orang sekitar??
Tidak cukup di situ, ketika sang perempuan ditangkap polisi dengan tuduhan membawa kabur tahanan penjara, maka sang kekasih yang roh nya terpisah dari jasadnya mencoba menolong kekasihnya, meski tentu saja tidak bisa. Kejadian berlanjut hingga ikut-nya sang roh ke peradilan kekasih perempuan sambil terus mengucapkan ‘Meski kamu tidak bisa melihatku, kamu tahu kan aku nggak pernah meninggalkanmu. Aku selalu ada di sampingmu’, waw, mungkin episode kali ini berniat membawa pemirsa dalam kesedihan yang mendalam hingga menangis berember-ember.

Kejadian selanjutnya, sang roh laki-laki ini putus asa memikirkan bagaimana caranya agar tiap orang, terutama kekasihnya dapat melihatnya kembali. Dalam keadaan putus asa, hadirlah seorang perempuan yang berperan sebagai ‘madam’ dan mempunyai ‘keistimewaan’ untuk melihat hal ghaib. Otomatis sang roh pun terlihat olehnya. Roh laki-laki digambarkan senang bukan main ketika tahu ada orang yang bisa melihatnya. Akhirnya ia pun meminta bantuan dan saran padanya bagaimana agar ia bisa kembali ke jasadnya. Hmm, kebayang nggak sih ada cerita seperti itu dalam kondisi nyata? Belum lagi ketika sang madam menyarankan roh lelaki ini untuk membantu orang yang akan meninggal dulu sebagai bentuk kebaikannya dan kelak ia bisa kembali ke jasadnya. Nah, akhirnya ia menemukan orang yang juga korban kecelakaan, di mana ternyata orang itu adalah teman kekasih nya. Korban tersebut dinyatakan oleh dokter tidak bisa tertolong lagi. Akhirnya sang roh terus menyemangati korban yang ‘nampaknya’ akan segera meninggal (begitulah kondisi korban dilukiskan) dan mengingatkan bahwa ia harus bertahan hidup demi sang kekasih korban yang tengah menangis tersedu-sedu di sampingnya. Nah lho, bertahan hidup bukan demi kehidupan orang tua, anak atau istri ke depannya gitu ya, tapi demi kekasih. Bukan itu saja, semangat yang ditampilkan oleh tayangan sinetron dalam episode kala itu bukanlah semangat pemasrahan diri kepada Allah, tapi lebih pada menjalankan saran sang madam, yang tidak lain agar diri sang roh dapat kembali dilihat oleh kekasih hatinya. Ya ampuuun,, lebay banget nggak sih, hahahahaha.

Ya, itulah sekilas tentang pengalamanku melihat sebuah kualitas tayangan sinetron di senja hari itu. Ironisnya, potret sinetron yang seperti itu, yang jalan ceritanya hanya berkutat di masalah percintaan, perkelahian, bentrok pembagian harta waris dan sebagainya sudah masssif terpotret di hampir seluruh sinteron yang ditayangkan. Apakah banyak sinetron yang menampilkan perjuangan seorang anak kecil untuk membantu kebutuhan keluarganya dan juga membiayai dirinya agar bisa bersekolah dengan ia menjadi loper koran misalnya? Atau seorang mahasiswa rantau yang harus memutar otak untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan kuliahnya karena ingin mencoba belajar mandiri dan tidak merepotkan kedua orang tuanya? Nampaknya jarang sekali kita temukan ya. Tentunya kita rindu akan potret sinetron seperti ‘Keluarga Cemara’ yang menampilkan potret perjuangan sang ayah dan ibu yang harus menghidupi beberapa anaknya agar bisa terus sekolah.

Sebuah media massa bernama televisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat. Bagi anak kecil, apapun tayangan yang ditampilkan oleh televisi, akan dengan mudah di cerna, baik perkataan maupun adegan yang ada. Bagi kalangan remaja, apa yang ditayangkan oleh televisi, termasuk sinetron ibarat ‘kiblat’ nya dalam bersikap. Karena itu, tidak aneh jika kemudian kita lihat banyak remaja berdandan, bertingkah laku dan berkata persis seperti apa yang ditayangkan oleh sinetron atau program lainnya. Bagi orang dewasa yang berniat untuk menghilangkan penat setelah kerja, sinetron adalah hiburan yang cukup menghibur. Nah, apa jadinya jika tayangan sinetron tersebut ternyata hanya menghibur tanpa bisa mendidik juga mencerdaskan pemirsa nya? Mau jadi apa kelak generasi-generasi muda kita ke depan? Pembentukan akhlak dan mental spiritual terkait hubungan ke Sang Maha Pencipta, seharusnya bisa juga disosialisasikan oleh sebuah tayangan sinetron. Jika kita, masyarakat Indonesia masih terkungkung dalam tayangan ‘lebay’, maka bagaimana kehidupan masyarakat kita ke depan sebagai bagian dari Negara sebesar Indonesia?

Perlu sinergi pemerintah pusat, daerah (untuk tv lokal) dan juga para pebisnis media untuk bisa menyepakati tayangan-tayangan yang tidak menghilangkan kesan hiburan, tapi juga bisa mencerdaskan dan tidak ‘alay’, ‘lebay’, bahkan cenderung ke ‘pembodohan’. Bisa dimaklumi ketika pebisnis media saling bersaing dan memperhitungkan rating. Namun, tentu ada tanggung jawab moril yang harusnya juga dikedepankan. Jika tanggung jawab moril pun hilang dan hanya berorientasi meraup keuntungan, apa kata dunia??

Jakarta, 21 Januari 2012.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar