Kamis, 12 Januari 2012

Ucap Syukur dari Sebuah Kereta Bernama Argo Dwi Pangga

Niat awal untuk menaiki kereta bisnis jurusan Solo-Jakarta, harus kandas dan berakhir dengan terbelinya satu tiket kereta eksekutif, yaitu Argo Dwi Pangga dengan harga dua kali lipat dari kereta bisnis. Awalnya, diriku kesal, karena toh jatah untuk membeli beragam oleh-oleh dari Solo, harus kupakai untuk membeli tiket pulang. Tapi, sahabatku selalu mengingatkan bahwa tentunya Allah punya rencana yang indah dan hikmah di balik tiap kejadian yang menghampiri kita. Aku pun tersadar dan meminta ampun padaNya karena telah banyak mengeluh atas kejadian itu. Sungguh, manusia memang tempat nya khilaf dan lupa. Ternyata benar, aku pun merasakan nikmat yang luar biasa dariNya, karena bisa merasakan kereta Argo Dwi Pangga ini. Design dalam kereta api ini, mirip dengan pesawat terbang, paling tidak ketika kita melihat model jendela dan korden nya yang bisa ditarik dengan fleksibel ke bawah dan atas. Kursi yang nyaman dan bisa kita setel sesuka hati. Selain itu, kabin kereta ini pun mirip kabin pesawat, tiap kursi mendapatkan jatah kabin tas nya masing-masing. Suasana malam di hari Senin pukul 20.00 itu pun lengang, menambah kenyamanan kita untuk beristirahat, nonton TV atau pergi ke toilet.

Kenyamanan itu pula yang membuatku leluasa menulis di atas meja kecil yang bisa dimunculkan dari balik pegangan kursi. Aku pun terbangun dari tidur dan memutuskan untuk menulis karena mata ini enggan untuk tidur kembali. Jam menunjukkan pukul 00.30 WIB. Sebetulnya bingung juga apa yang akan ku tuliskan. Begitu tersadar bahwa hari ini adalah tanggal 10 Januari 2012, yang merupakan hari istimewa bagiku, hari kelahiranku ke muka bumi ini, jadilah aku menorehkan tema mengucap syukur.
Bagiku, hari ini terasa seperti permen Nano Nano, manis, asam dan asin. Manis yang tengah kurasakan, tentunya adalah sebuah ucap syukur kepada Allah SWT, sang pemilik kehidupan ini, untuk anugerahNya yang tak mungkin terganti dan terhitung selama 26 tahun aku bernafas di bumi. Ya, selama 26 tahun ini aku diizinkan oleh Allah untuk meraih beberapa pencapaian; bisa menjadi salah satu alumni Pondok Modern Darussalam, Gontor Puteri, Mantingan Ngawi Jawa Timur yang sangat aku banggakan di tahun 2003. Selepas itu, Alhamdulillah predikat lulusan terbaik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta dengan kategori cumlaude dan waktu 3,5 tahun berhasil aku raih. Setelah bekerja selama kurang lebih satu tahun setengah, Alhamdulillah aku mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi magister- ku di Pascasarjana Ilmu Politik, Universitas Indonesia sejak tahun 2009-September 2011. Berkat doa orang tua dan ridho dari Allah, Alhamdulillah aku dapat menyelesaikan studiku selama genap dua tahun dan menjadi satu-satunya perempuan diantara tiga orang lulusan tercepat di angkatanku. Alhamdulillah, dana bantuan penulisan tesis dari Kemdiknas (yang saat ini berubah nama menjadi Kemdikbud) pun aku dapatkan. Hal itu membantuku untuk dapat mewawancarai para buruh migran perempuan Indonesia yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ya Allah, rasanya nikmat yang kau anugerahkan padaku begitu besar, dan belum bisa aku balas dengan menjadi hamba-Mu yang soleh dan selalu melaksanakan perintahMu. Hingga tulisan ini aku buat, diriku tengah berada di sebuah kereta eksekutif nan nyaman, yang pastinya skenario tiket ludes itu adalah berkat campur tanganMu pula, sehingga aku bisa merasakan hari ulang tahunku di atas kereta nan apik ini. Di kereta inilah aku memutar kembali memoriku dari awal perjalanan kehidupanku memasuki gerbang pintu Darussalam Gontor, kemudian dapat bertemu dengan anak-anak di komunitas masyarakat miskin kota yang ada di bantaran kali Ciliwung, Rawajati, Jak-Sel, pergi silaturahmi ke Solo dan berakhir dengan duduk manis di kereta api Argo Dwi Pangga. Selain manis, ada asam kehidupan yang kurasakan juga.

Asam dalam pemahamanku, lebih pada refleksi diri atas beberapa penyesalan dalam hidup. Meski kita dilarang untuk meratapi hal yang sudah lalu, namun bagiku, hari ini adalah hari yang tepat untuk bisa berefleksi akan kekurangan juga hal-hal yang belum dilakukan selama ini, yang akhirnya lebih pada belajar dari ‘penyesalan’ itu. Aku menyesal karena tidak menggunakan waktu dengan baik, menyesal karena belum bisa membuat orang tua bangga, menyesal karena belum mengeluarkan potensi diriku dengan maksimal, juga ‘penyesalan’ lainnya, yang kelak akan memicu diriku untuk lebih berbuat banyak di tahun ini dan tahun-tahun ke depan kelak.

Selebihnya adalah asin. Aku lebih memaknai asin nya kehidupan, ibarat kita mencicipi air laut. Jika kita cicipi sedikit, tentu asin nya tidak akan terlalu terasa, sebaliknya jika banyak, tentu akan terasa sangat asin. Nah, seperti itulah sebuah sikap atau tindakan salah dalam hidup. Tindakan atau sikap ku yang salah sebanyak satu kali, tentu tidak memberikan efek apa-apa. Namun, jika kesalahan itu berkali-kali, tentu memberikan dampak yang negatif. Mungkin banyak dari kita yang merasakan saat kita melakukan tindakan yang salah berkali-kali (karena belum bisa belajar dari pengalaman), maka ada akibat yang harus ditanggung, yaitu asam= sebuah penyesalan. Itulah salah satu yang aku refleksikan dini hari ini, tepat di pukul 01.00 WIB. Aku pun berucap dalam hati, semoga tahun 2012 ini aku akan lebih dapat belajar dari sebuah kesalahan, yang tidak akan ku ulangi berkali-kali.
Namun. Layaknya slogan iklan Nano Nano, ‘Manis, asam, asin, ramai rasanya’. Begitupun hidup. Hidup ini akan lebih berwarna jika kita merasakan berbagai hal, baik itu benar atau salah, buruk atau baik, mengkhawatirkan atau tidak, bermanfaat atau tidak. Dengan itu, kita akan belajar menemukan hakikat kehidupan, ya kan?
Dini hari ini begitu indah. Sangat jarang aku meggoreskan penaku dan mengambil note ku pada dini hari. Rasa manis, asam dan asin itu berpadu menjadi satu dalam damainya hati ini di sebuah kereta dengan dominasi cat putih di seluruh interior nya. Diri ini mengucap syukur atas segala kasih sayang dan teguran dariMu ya Rabb. Mudah-mudahan semuanya itu akan lebih menguatkan perjalanan hidupku mengarungi bumi Allah nan luas ini.

Sang kereta pun melaju dengan cepat. Lajunya secepat keinginanku untuk segera tiba di rumah dan mengucap rasa terimakasihku kepada kedua orang tuaku yang selama ini telah begitu sabar merawatku dan menyayangiku sejak ada dalam kandungan, hingga terlahir ke dunia indah ini. Terimakasih Ayah, Ibu, karena telah melahirkan, merawat, menjaga, mendidik, menyayangi dan membesarkan seorang anak bernama Ana Sabhana Azmy.

Argo Dwi Pangga, 10 Januari 2012
01.15 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar